Beberapa
tahun terakhir harga jahe terus merangkak naik naik seiring perkembangannya
jahe sudah bias di applikasikan atau dibuat minuman jahe ataupun kopi kahe.
Nahkan sekarang pabrikpun sudah ada yang mengolah jahe menjadi minuman berbagai
jenir yang menggunakan bahan dasar jahe sehingga harga jahe yang terus naik
sampai tertinggi dengan harga Rp. 50.000 akhirnya menarik minat saya untu
bertani jahe di sekitar pekarangan rumah.
Keunggulan
tanam jahe dengan teknik lubang ini adalah kita tidak perlu memerlukan lahan
yang luas untuk mendapatkan hasil yang berlimpah dibanding dengan teknik
konfesional yang pernah ada. Rata-rata hasil panen setiap lubang bia mencapai 4
s/d 5 kwintal tergantung pada kondisi tanah dan perlakuan perawatan, dan tak
kalah pentingnya adalah rasa optimitimis dan faktor rezeki kita, untuk itu kita
harus terus meminta kepada sang halik agar kita diberi kesuksesan dalam
berusaha menanam jahe ini.
Kunci keberhasilan dalam menanam
jahe dan palawija lainnya adalah :
- Harus mau capek (rajin) terutama dalam
mengumpulkan berbagai bahan organik dan juga dalam usaha perawatan.
- Memiliki ternak sebagai sumber kompos (sinur
napinahan gabe ma naniula, horas jolma)
- Kebersaaman dan dukungan dalam keluarga
- Membuat analisa usaha tani
- Tahan terhada berbagai cemoohan pihak
manapun
- Belajar dari pengalaman (lahan kita
adalah sekolah bagi petani dan petani harus menjadi ahli dalam pertaniannya)
- Tidak pelit dan mau membagi ilmu
(pengalaman) yang dimiliki terhadap sesame petani
- Mendoakan tanaman yang kita usahakan
Seiring
dengan berbagai keberhasilan yang diperoleh dengan budidaya jahe ini beberapa
masyarakat mulai melakukan system dan pola yang sama dan ini menjadi pola yang
baik menuju perubahan karena jika menggantungkan hidup dari hanya padi saja
maka petani akan semakin terjerat pada lilitan hutang kepada toke/rentenir
untuk penyediaan pupuk kimia.
Berikut
ini penuturan saya mengenai cara dan tehnik budidaya tanaman jahe yang sering
saya kembangkan di lahan pekarangan rumah.
2. Pengenalan Tanaman Jahe
Sampai
sekarang belum dapat dipastikan dari mana asal tanaman jahe. Jenis tanaman jahe
beragam tapi biasanya yang diusahan dan dibudidayakan oleh petani ada 2 jenis
yaitu jahe yang rimpangnya kecil (pege) dan jahe yang rimpangnya lebih
besar (jenis jahe gajah). Jahe dengan rimpang kecil biasanya digunakan untuk
obat dan juga bumbu karena aromanya sangat keras. Tapi jika petani memiliki
orientasi untuk produksi dan harga tinggi maka dianjurkan untuk menanam tanaman
jenis jahe kecil (pege).
Jahe
dicari dan diusahakan karena banyak manfaatnya. Rimpang jahe dapat digunakan
sebagai penyedap makanan seperti bumbu dapur/bumbu masak, bahan industri
minuman, parfum, makanan kecil dan obat-obatan. Secara tradisional jahe
digunakan untuk obat beberapa jenis penyakit seperti kurang nafsu makan, kepala
pusing, encok, batuk kering, masuk angin, bengkak-bengkak/gatal-gatal dan lain
sebagainya. Jahe yang dipanen ketika masih berumur muda, dapat digunakan
sebagai bahan baku makanan ringan, misalnya manisan, minuman dan berbagai jenis
panganan lain karena tidak banyak seratnya.
Rimpang
jahe mengandung 0,8 - 3,3% minyak atsiri dan ± 3 % oleoresin. Adapun
zat-zat yang terkandung di dalam rimpang jahe antara lain vitamin A, B1,
C, lemak, protein, pati damar, asam organic, oleoresin (ginggerin) dan minyak
terbang (Zingeron, zingeral, zingeberol, zingiberin, borneol, sineol dan
feladren).
Jahe merupakan komoditi
ekspor baik dalam bentuk jahe segar maupun jahe kering dan minyak jahe (ginger
oil).
3. Syarat Tumbuh Tanaman jahe
Tanaman
jahe mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga dapat ditanam pada
musim apapun. Namun paling cocok di tanam pada awal musim hujan.
Untuk
mengurangi resiko kegaglan akibat serangan hama dan penyakit hendaknya petani menanam jahe hanya satu kali pada areal yang sama, boleh saja berturut-turut
dengan sayarat selama budidaya pertama tidak ada terinfeksi penyakit. Penanaman
kembali pada bekas lahan jahe beresiko terserang penyakit dan juga zat yang
dikeluarkan jahe (alelopati) yang ditanam sebelumnya dapat menghambat
perteumbuhan tanaman jahe.
Tanaman jahe cocok dan sangat baik tumbuh pada tanah yang gembur dan subur (kandungan
bahan organiknya banyak) dan tidak menyukai tanah pada lahan yang drainasenya
buruk (air tergenang).
Kurang menguntungkan ditanam
pada areal yang kandungan liatnya tinggi dan kandungan pasir yang kasar. Keasaman
tanah normal ( pH 6 – 7). Pada umumnya jahe tumbuh pada ketinggian antara 350 m
– 600 m dpl dengan curah hujan antara 2000 – 4000 mm/tahun, temperatur udara
antara 25ºC – 35ºC, kelembaban sekitar 80 %, kemiringan lahan antara 30º - 45º
dengan sistim irigasi yang memadai.
Petani
juga sering menanam jahe pada lahan sawah yang telah digemburkan dengan
memberikan pupuk dasar kompos. Tindakan yang dilakukan petani terhadap lahan
yang terinfeksi jamur, bakteri atau penyakit adalah melakukan pergiliran
tanaman dengan palawija, padi atau jagung. Dari pengalaman petani menanam jahe,
tanaman jahe kurang cocok pada lahan bekas penanaman tomat, jenis tanaman
kacang, karena lahan tersebut meninggalkan sumber penyakit yang merusak tanaman
jahe, faktor seperti inilah yang menyebabkan petani menanam jahe dengan sistim
lahan berpindah-pindah dan biasanya tanaman jahe sangat cocok ditanam pada
lahan bukaan atau lahan baru.
4. Persiapan Lubang Tanam
a. Tanah Pekarangan (yang penting bantak
mendapat sinar matahari)
- Buat lubang Panjang 1.5 m dan lebar 1.5
m dengan kedalaman 1 m
b. Persiapan
media Dasar
1. Campur bokashi, tanah dan pasir dengan
perbandingan 2 : 2 : 1
2. Siram permukaan campuran tanah dengan
larutan Metrik
O untuk sterilisasi dengan perbandingan 100 cc dicampr 15 liter air
dengan di tambah gula pasir 1 genggaman tangan sampai merata usahakan jangan
terlalu basah lalu peram minimal 3 hari
3. Setelah 3 hari buka peraman tanah lagi terus
siram dengan Metrik
T dengan perbandingan 100 cc dicampr 15 liter air dengan di tambah
gula pasir 1 genggaman tangan sampai merata usahakan jangan terlalu basah lalu
peram minimal 3 hari lagi
4. Setelah 3 hari tanah bisa digunakan kemudian
langkah selanjutnya
5. Masukan jerami kering kedalam lubang dengan
ketinggian ± 20 cm
6. Taburkan dedak di atas jerami secara merata
sampai semua permukaan jerami penuh dengan dedak
7. Siram permukaan jerami dengan larutan Metrik T
dengan perbandingan 100 cc dicampur 15 liter air dengan di tambah gula pasir 1
genggaman tangan sampai merata
8. Tutup dengan tanah yang sudah kita buat
pada point 4
9. Sambil menunggu bibit siap diamkan minimal
7 hari biar bakteri berkembang lebih banyak sehingga tanah menjadi semakin
subur
c. Pembuatan tanah urukan
1. Siapkan bokashi, tanah dan pasir serta
sekam
2. Campur menjadi 1 semua bahan dengan
perbandingan 2 : 2 : 1
D. PENANAMAN
1. Setelah media siap tanam bibit kedalam
lubang, bagi menjadi 5 garis bibit (1 garis berisi 30 bibit jahe dan jarak
antar garis ± 30 cm)
2. Bibit diletakkan secara rebah di dalam
tanam dengan kedalaman tanam disesuaikan dengan musim. Jika musim hujan 50 – 10
cm dan jika musim kemarau 10 – 15 cm.
3. Bibit di tutupi tipis dengan tanah lalu
diberikan penutup dengan daunan kering (jerami/daun bambu, lalang atau daunan
lainnya)
E. PERAWATAN
1. Pengurukan
- Setelah 3 minggu – 1 bulan setelah tanam
dilakukan biasanya bibit jahe yang sudah kena perlakuan Metrik T pertumbuhannya sangat
cepat.
- Tandai induk pohon jahe pertama lakukan
pemangkasan pupus ( tunas jahe induk) setelah daunnya sudah mencapai 10 daun,
ini berlaku juga dengan semua anakannya sambil diuruk tanah setebal 20 cm.
- Pengurukan dilakukan sampai kedalaman
lubang sama dengan tanah disekitarnya dan pohon jahe tumbuh dengan ketinggian
yang sama
2. Pengendalian Gulma
- Pengendalian gulma dilakukan dengan cara
mekanis (mencabut dengan tangan) dimulai setelah tanaman berumur 2 – 4 minggu
(melihat kondisi gulma) setelah tanaman berumur 4 – panen jika menggunakan
cangkul hindarkan melukai tanaman terutama di sekitar perakaran karena dapat
merusak rimpang jahe yang telah terbentuk.
- Gulma yang telah dicabut dikumpulkan dan
dilakukan pengomposan
- Setelah tanaman berumur 6 – 7 bulan
dihindarkan penyiangan diareal lahan untuk mengotimalkan atau menghindari
terganggunya proses pembentukan rimpang jahe.
- Tidak diperbolahkan pengendalian gulma
dengan cara penggunaan herbisida
- Mengurangi jumlah gulma dilakukan dengan
penutupan tanah dengan mulsa organic (daunan kering)
3. Pemupukan susulan
- Pemupukan susulan juga diberikan dengan
penyiraman/penyemprotan dengan menggunakan Metrik T dengan perbandingan 100 cc dicampur
15 liter air dengan di tambah gula pasir 1 genggaman tangan setiap 25 hari
sekali.
4. Pembuatan Bedeng dan parit saluran
pembuangan air hujan
Di
atas lubang jahe dibuat penutup dari plastik yang bisa di bongkar dan di pasang
serta di sekeliling lubang dibuat saluran peresapan air biar air hujan tidak
langsung masuk ke dalam lubang tanaman. Apalagi untuk tempat atau lokasi yang daya
resap airnya kurang baik langlah ini wajib dilakukan
Perlakuan
ini digunakan saat musim hujan lagi lebat-lebatnya berfungsi mengurangi kadar
air hujan yang masuk kedalam lubang supaya terhindar dari kebusukan
G. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Jenis
hama yang sering menyerang pada areal tanaman jahe adalah jenis kepik, ulat
penggerek akar dan kumbang
1. Jenis penyakit yang seriing menyerang
tanaman jahe adalah :
- Penyakit layu bakteri disebabkan bakteri
Pseudomonas solanacearum
- Penyakit busuk rimpang yang disebabkan
jamur Fusarium oxysporium dan Rizoctonia Sp
- Penyakit bercak daun yang disebabkan
oleh jamur Phyllossticta zingiber
2. Pencegahan dan Pengendalian Hama dan
penyakit tanaman jahe.
- Hindarkan penanaman jahe pada areal yang
sama secara berturut.
- Hindarkan pemakaian bibit dari areal
yang telah terinfeksi penyakit (jamur dan bakteri) dan juga bibit yang telah
luka.
- Drainasi (system pemasukan dan
pengeluaran air) harus baik dan areal penanaman jahe tidak bolah tergenang oleh
air.
- Penyemprotan dengan Metrik T dengan rutin. Setiap 20
hari sekali
- Mencabut tanaman yang sudah terserang
hama dan penyakit dan menjauhkannya dari areal pertanaman.
- Ketika pengolahan lahan diusahakan ulat
dan kumbang yang ada didalam tanah dikumpulkan (pengendalian secara mekanis)
H. PANEN DAN PASKA PANEN
1. Umumnya tanaman jahe dipanen pada umur
yang cukup tua yaitu 9 – 10 bulan ditandai dengan rasa pedas dan aroma yang
optimal dan ditandai dengan warna daun berubah kuning dan batang mengering.
2. Cara panen dilakukan dengan menggunakan
alat cangkul/garpu dan diusahakan rimpang jahe tidak terluka.
3. Dibersihkan dari tanah yang menempel,
jangan dibersihkan dengan air.
4. Ditebarkan diatas lantai dan dihindari
dari penjemuran dibawah sinar matahari
5. Produksi sekitar 4 s/d 5 Kwintal/Lubang
6. Siap untuk di jual
I. ANALISA USAHA TANAMAN JAHEper Lubang
Sewa lahan/ lubang : Rp 50.000,-
Biaya Pembuatan Lubang ( 1 x 50.000) : Rp.
50.000
Bibit/lubang 150 bji @ Rp 1.500,- : Rp 300.000,-
Biaya pengangkutan bibit : Rp 40.000,-
Kotoran hewan @ 5.000 x 15 sak : Rp 60.000,-
Pembelian Metrik T dan Metrik O : Rp.
400.000 ( digunakan sampai panen )
Total Biaya Produksi : Rp 900.000,-
Perkiraan hasil / Lubang : 4 kwintal
Perkiraan harga jual / kg : Rp 4.000.000,-
(10.000,- x 4 kwintal)
Biaya total produksi : Rp
900.000,-
KEUNTUNGAN
BERSIH : Rp 3.100.000,-
Keuntungan sebesar itu dengan modal yang sekecil itu
bisa kita bayangkan apabila kita membuat 10 lubang dalam waktu maksimal 9
s/d 10 bulan dan harga pasar sekarang Rp. 25.000. Mari kita hitung
bersama-sama memakai harga pasar Rp. 10.000,-
1. Estimasi
hasil minimal 400 kg x 10 lubang =
4.000 kg ( 4 Ton ) x Rp 10.000,-
= Rp 40.000.000.-
2. Estimasi
biaya produksi 900.000 x 10 lubang =
Rp. 9.000.000.-
3. Jumlah
total keuntungan bersih =
Rp 40.000.000 - Rp. 9.000.000
=
Rp. 31.000.000
BEP (Break Event Point = titik balik
modal)
BEP = Total biaya produksi / perkiraan hasil
= Rp 900.000,- / 400.- kg
= Rp 2.250
/ kg
Artinya
petani bisa balik modal jika harga jual Rp 2.250 / kg
J. TEHNIK PEMBUATAN BOKHASI YANG BAIK
Karena
tanaman jahe merupakan tnaman berimpang maka syarat utama tanah harus
mengandung banyak unsure hara dan tanah gembur. Kondisi ini bisa terjadi jika
tanah banyak mengandung kompos atau humus dari pelapukan berbagai bahan organik
yang ada di sekitar lahan.
Bokashi
yang baik ditandai dengan Sudah matang ditandai dengan bokashi tidak panas dan
bahan Organik sudah terurai dengan sempurna.
a. Bahan-bahan dalam pembuatan bokashi :
- Kotoran
ternak kering : 15 sak
- Sekam
(sobuon) : 1 sak
- Gula
pasir : secukupnya
b. Cara pembuatan :
- Campur Kotoran ternak kering dengan
sekam secukupnya sampai merata
- Siram dengan Metrik O dengan
perbandingan 100 cc dicampur 15 liter air dengan di tambah gula pasir 1
genggaman tangan sampai merata, tutup rapat dengan plastik ( peram ) selama 3
hari
- Kemudian dibuka dan disiram dengan
larutan Metrik T dengan perbandingan 100 cc dicampur 15 liter air dengan di
tambah gula pasir 1 genggaman tangan sampai merata lalu tutup dan peram selama
3 hari lagi.
- Pada hari ke empat campuran sudah bisa
digunakan
BAGI YANG BERMINAT
MEMBUDIYAKAN JAHE ATAU MEMBUTUHKAN
DALAM JULAH BESAR BISA
MENGHUBUNGI
A/n : SANDHI
AIZH
Email : Vania.sandhi@gmail.com
Telp : +6285746488500